Langit diatas tiba tiba saja mendung. Dunia seolah berhenti sementara.
Saat lelaki yang bernama Tegar itu ternyata tak setegar namanya.
Kepribadiannya nampak sempurna, bacaan tilawahnya indah, menjaga
pandangan serta aktif dalam aktivitas dakwah. Itulah cerita masa
lalunya. Kini Tegar tak pernah muncul lagi dalam kafilah dakwah,
sekalinya terlihat ia langsung pergi menghindar. Apa yang sebenarnya
terjadi??
Dibalik kesempurnaan yang nampak dari dzahirnya, ada penyakit bathin
yang pandai disembunyikannya. Penyakita inilah yang tak pernah nampak
darinya. Dibalik keshalihannya, ada kemunafikan yang terpendam. Tegar
menjadi orang yang sholih saat berjamaah namun menjadi manusia lalai
saat seorang diri. Dibalik sikapnya yang selalu menundukan pandangan,
ternyata ada seorang wanita yang bernama kekasih dihatinya. Tegar tengah
memadu kasih dengan seorang wanita yang jelas itu adalah sebuah bentuk
kelemahan iman dalam hatinya, karena tak mampu menahan gejolak hasrat
dalam hati, sedangkan Tegar tahu, bahwa pacaran dalam Islam adalah
terlarang bagi muslim yang taat.
Sejak gerak tersembunyinya terbogkar, Tegar kian menjauh dan menghilang.
Tegar yang semula nampak kuat ternyata lemah sebenarnya. Nampak seolah
ahli ibadah, nyatanya hanyalah ahli maksiat yang pandai mengumpat.
Kasus yang lain tak kalah memprihatinkan. Seorang ustadz begitu indah
menyamapaikan ceramah di khalayak umum, tiap kata yang mengalir dari
mulutnya seolah membius perhatian seluruh jamaáh. Ustadz itu begitu
pandai memberi tausiyah, begitu lancar dan fasih menyampaikan dakwahnya.
Tapi sayang, setelah meninggalkan mimbar, ustadz itu telah lupa dengan
apa yang ia sampaikan sendiri kepada jamaáhnya. Ia pandai menyampaiakan
namun tak pandai mengamalkan. Orang yang dipanggil ustadz itu
menyampaikan kewajiban menutup aurat bagi muslim yang sudah baligh
dengan begitu indah dan mengena, esoknya ia bersantai dihalaman rumahnya
hanya dengan menggunakan celana pendek yang tak menutupi batas auratnya
yakni lutut. Ustadz itu tak sehebat dipanggung umum, ia teramat rapuh
dengan dirinya sendiri.
Ustadz-ustadz yang lain tak kalah hebatnya memeberi tausiyah, termasuk
para pejuang dakwah ini. Lantang menasihati saudaranya yang tengah
melemah semangatnya atau tengah rusak ruhiyahnya, ia sendiri sebenarnya
rapuh hanya saja tersembunyi rapih kerapuhannya. Kenyataannya ia sendiri
lebih banyak menonton televisi ketimbang tilawah atau saling mengulang
hafalan dirumah. Ia nampak kuat dimata saudaranya, namun sebenarnya ia
sadar akan kerapuhan dirinya. ia sadar bahwa ruhinyah tengah ringkih,
bahwa hubungannya sedang tak baik dengan Rabb nya. akhirnya iapun
menjadi aktivis yang bermalas-malasan dalam dakwah.
Sederetan kasus lain pun tak kalah heboh dari dua kasus diatas, ada
manusia yang nampak hebat namun sebenarnya ia lemah dari segala sisi.
Ada pula manusia nampak tahu segalanya namun sebenarnya ia hanyalah
manusia yang sok tahu. Semuanya terlihat kuat namun sebenarnya rapuh.
Ini adalah penyakit yang harus segera diobati. Mendiamkannya akan
menjalar merusak seluruh organ tubuh yang akan membuatnya lumpuh. Tak
jujur pada diri sendiri hanyalah menyisakan penderitaan bathin yang tak
akan hilang selamanya kecuali jika bangkit menyadari kekeliruan diri.
kejujuran yang bijaksana adalah, saat sadar dirinya tak sekuat apa yang
dilihat orang, ia bangkit untuk memperbaikinya. kembali menjadi insan
pemburu cinta-Nya yang tak pernah punah. memaksa diri untuk segera
kembali ke jalan-Nya dan melawan kemalasan yang tengah memeranginya.
itulah kejujuran yang bijaksana.
Siapa saja bisa membohongi siapapun, siapa saja bisa nampak terlihat
hebat dan kuat di mata manusia. Namun Allah, Tuhan yang tak pernah tidur
sangat tahu siapa manusia yang nampak kuat itu. Kebususkan apa yang
tersembunyi di hatinya. Prilaku apa yang ia perbuat kala ia sendiri. DIA
tahu semuanya tentang hamba-Nya.
Bagi seorang aktivis dakwah, nampak kuat lahir dan bathin adalah sebuah
keharusan. Tak ada kata yang disampaikan kepada orang lain kecuali telah
melaksanakannya. Tak ada perbedaan kualitas ibadah baik dalam keadaan
sendiri maupun berjamaáh.
Ikhwan yang benar selalu menempatkan Allah di hatinya. Manakala syetan
mengganggunya untuk bermaksiat, ia tersadar ada Allah yang selalu
mengawasinya. wallahuálam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar