beberapa hari ini tak lagi ku lihat hujan mentesekan titik-titik halusnya ke bumi. Tanah mulai gersang, rerumputan mulai kekeringan, awanpun enggan menggumpal. Hanya langit biru yang membentang menemani sinar mentari terik menyengat hingga menembus kulit. Pertanda kemarau kah ini? Itu artinya aku tidak akan dapat menemukan warna-warnaku lagi. Aku suka langit biru, namun aku lebih menyukai langit biru yang tersibak awan setelah hujan. Betapa indahnya menyejukkan pandangan, alangkah nyamannya menangkan jiwa. Ditambah dengan kehadiran warna-warnaku yang mempesona. Membuat raga tak ingin beranjak. Hujan, terkadang aku tidak menyukaimu tapi tak jarang dalam hati kecilku sebenarnya mengharapkan kehadiranmu. Membasahi bumi, kemudian bersama mentari, menghidupkan kembali warna-warnaku walau hanya sedetik berlalu menemani sang langit biru kesukaanku yang muncul disela-sela awan kelabu. Wahai Rabb pemilik alam semesta, jika takdir itu untukku izinkan langit biru muncul mengiringi langkahku, menyatu bersama warna-warnaku, menghias alam bersatu padu. Namun, jika warna-warnaku harus membentang sendiri tanpa langit biru, biarkan aku dengan sekuat tenagaku memancarkan seluruh warnaku, menginspirasi mereka, membuat hati mereka tenang, nyaman, dan bahagia walau hanya sekejap hingga waktu yang memudarkan warna-warnaku dengan sendirinya.
*Inspirasi pelangi di siang bolong yang begitu merindukan langit biru. Walaupun tak berharap banyak untuk bersatu dengan sang langit biru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar