Gus Dur selain dikenal sebagai tokoh Islam juga memiliki komitmen kuat terhadap demokrasi . Ia juga punya perhatian khusus terhadap kelompok-kelompok tertindas dan minoritas. Jadi dia tokoh multidimensi. Sebagian warga NU bahkan ada yang menganggap bahwadia wali .
Tak aneh, ketika menyelenggarakan open house di kediamannya, Ciganjur, Jakarta Selatan, ia banyak dikunjungi tamu dari berbagai kelas dan kalangan. Mulai dari pejabat, politikus, mahasiswa, kiai, sampai masyarakat awam. Tentu saja kepentingannya berbeda-beda. Ada yang hanya bertukar pikiran, mengeluh, mengadu, dan ada pula yang menyampaikan permintaan aneh-aneh.
Suatu hari dalam acara open house tersebut, Gus Dur kedatangan seorang tamu. Rupanya dia berasal dari masyarakat awam yang menyenangi hal-hal klenik (mistis). Setelah basa-basi si tamu menyampaikan keinginnya yang sebenarnya. Agaknya keinginan itu bukan keinginan biasa. Si tamu ingin dipertemukan dengan Nyi Roro Kidul,penguasa pantai selatan Pulau Jawa. Mendengar hal itu, Gus Dur pun mengangguk-anggukkan kepala.
“Apa sampeyan benar-benar ingin ketemu dengan Nyi Roro Kidul?”
“ Iya , Gus.”
“Coba sampeyan mendekat.” Langsung saja orang itu berdiri dari tempat duduknya dan mendekati Gus Dur. Raut wajahnya tampak sumringah (berbinar) gembira. Mungkin hatinya sudah membayangkan sebentar lagi akan bertemu Nyi Roro Kidul. Begitu orang itu mendekat, Gus Dur berbisik ringan.
“Apakah sampeyan belum pernah melihat Nyi Roro Kidul?”
“Belum Gus.”
“ Sampeyan betul-betul ingin ketemu?”
“Benar, Gus.”
“ Sampeyan tahu …”
“Ada apa, Gus?” Si tamu makin penasaran.
“ Begini-begini , saya juga pingin ketemu,” kata Gus Dur ringan.
Seketika seisi ruangan tergelak. Sementara si tamu tadi tersipu-sipu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar